Jumat, 29 Oktober 2010

SUMPAH PEMUDA

Background

The first Indonesian youth congress was held in Batavia, capital of the then-Dutch East Indies in 1926, but produced no formal decisions but did promote the idea of a united Indonesia. In October 1928, the second Indonesian youth congress was held at three different locations. In the first session, the hope was expressed that the congress would inspire the feeling of unity. The second session saw discussions about educational issues. In the third and final session, held at Jalan Kramat Raya No, 126, on October 28 participants heard the future Indonesian national anthem Indonesia Raya by Wage Rudolf Supratman. The congress closed with a reading of the youth pledge[2][3].

The pledge

In Indonesian, with the original spelling, the pledge reads:
Pertama
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah air Indonesia.
Kedoea
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
In English:
Firstly
We the sons and daughters of Indonesia, acknowledge one motherland, Indonesia.
Secondly
We the sons and daughters of Indonesia, acknowledge one nation, the nation of Indonesia.
Thirdly
We the sons and daughters of Indonesia, respect the language of unity, Indonesian

*Pemuda Indonesia
Menurut saya pemuda Indonesia saat ini ada yang peduli terhadap negaranya dan ada juga yang acuh tak acuh. Ada yang kritis dan yang tidak. Sebenarnya sikap kritis terhadap lingkungan merupakan sikap yang baik, tetapi jika terlalu mengkritisi suatu masalah, akan dapat menimbulkan dampak yang lainnya, misalnya karena sikap yang terlalu kritis dalam melakukan suatu unjuk rasa atau semacamnya dalam penyampain pendapat dapat menimbulakn sikap anarkis. Oleh karena itu, sekarang sering kita melihat pemuda-pemuda yang semulanya berniat untuk berunjuk rasa yang baik dan bertujuan baik menjadi anarkis bahkan sering menimbulkan korban. Pemuda-pemuda Indonesia sekarang lebih mudah terpengaruh, jika membawa pengaruh yang baik tidak masalah, tapi yang paling mudah terpengaruh dalam hal yang lebih condong ke yang negatif. Hal ini dapat merusak sikap pemuda-pemuda. Maka dari itu, sebaiknya kita selaku pemuda-pemudi Indonesia mari bersikap lebih baik dan peduli terhadap negara dan lingkungan kita, kita selaku generasi penerus jangan sampai menghancurkan bangsa yang telah dibangun susah payah ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar